511858-PI9NRS-143.jpg 184.02 KB
PaPada 20 Mei 2025, gelombang unjuk rasa dari mitra ojek online menjadi sorotan nasional. Isu ini tak hanya menggema di jalanan, tetapi juga memicu lonjakan percakapan di ruang digital. Berdasarkan pemantauan Cakradata selama periode 19–21 Mei, ribuan perbincangan publik mengungkap beragam respons dan tuntutan dalam aksi tersebut.
Melalui analisis digital monitoring tools Cakradata, terlihat bahwa fokus utama warganet tertuju pada ketimpangan relasi kemitraan, tingginya potongan dari aplikator, serta ketidaktransparanan sistem tarif. Masyarakat digital ramai menyuarakan desakan agar potongan diturunkan menjadi 10%, revisi tarif resmi dilakukan, dan regulasi ditegakkan secara tegas oleh pemerintah.
Meskipun Kemnaker RI tidak menjadi sasaran utama kritik, warganet tetap menaruh harapan besar pada kementerian ini untuk memperjuangkan status kerja yang lebih pasti dan perlindungan sosial yang layak bagi para pengemudi ojol, taksol, dan kurir.
Insight penting dari percakapan publik antara lain:
- Dukungan luas terhadap tuntutan aksi demo, khususnya soal potongan dan transparansi tarif.
- Respons beragam dari mitra, dengan sebagian tetap onbid karena tekanan ekonomi harian.
- Kekhawatiran terhadap intimidasi bagi driver yang memilih tetap bekerja tanpa atribut saat demo berlangsung.
- Tuntutan kepada berbagai institusi, termasuk Presiden RI, Kemenhub, Kemnaker, serta DPR RI Komisi V agar menggelar RDP bersama aplikator dan asosiasi driver.
Situasi ini memperlihatkan bagaimana isu lapangan dapat cepat menyebar menjadi krisis digital yang berpengaruh pada persepsi publik terhadap brand, institusi, hingga kebijakan pemerintah.
Cakradata siap membantu Anda membaca dinamika percakapan publik dan merancang strategi yang lebih responsif berbasis data.
Langkah cerdas dalam menghadapi krisis dimulai dari pemahaman yang tepat.
Hubungi kami di [email protected] untuk informasi lebih lanjut.